Makalah Gunung Meletus Lengkap
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai negara yang tercakup pada satu planet
yang bernama bumi memiliki kemungkinan untuk terjadinya berbagai bencana alam
mengingat beberapa struktur lapisan yang membentuk bumi mengakibatkan
perubahan, pergeseran ataupun kerusakan yang berdampak pada suatu fenomena
ataupun peristiwa yang menganggu penghidupan atau kehidupan seluruh komunitas
ataupun populasi yang menempati wilayah di suatu Negara.
Bencana alam terbagi atas bencana yang disengaja maupun disengaja, Bencana alam yang disengaja merupakan bencana yang terjadi atas perilaku manusia yang mengganggu ekosistem alam seperti masyarakat yang berada pada suatu daerah yang memiliki pola perilaku tidak disiplin dan bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan dan membiarkannya tanpa mengolah dan mengacu pada prinsip 3R, serta bencana yang tidak disengaja merupakan bencana yang disebabkan karena rusaknya ekosistem akibat perubahan, pergesaran struktur bumi. Seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, hingga gunung meletus yang tercatat telah memberikan sumbangsih terhadap penekanan angka mortalitas.
Terutama peristiwa gunung meletus yang telah terjadi di Indonesia seperi peristiwa gunung kelud, merapi, galunggung hingga Krakatau yang telah menyebabkan perubahan iklim global dan menyebabkan gelapnya dunia hingga kurun waktu 2 setengah hari akibat tertutupnya atmosfir oleh debu vulkanis.
Bencana alam terbagi atas bencana yang disengaja maupun disengaja, Bencana alam yang disengaja merupakan bencana yang terjadi atas perilaku manusia yang mengganggu ekosistem alam seperti masyarakat yang berada pada suatu daerah yang memiliki pola perilaku tidak disiplin dan bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan dan membiarkannya tanpa mengolah dan mengacu pada prinsip 3R, serta bencana yang tidak disengaja merupakan bencana yang disebabkan karena rusaknya ekosistem akibat perubahan, pergesaran struktur bumi. Seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, hingga gunung meletus yang tercatat telah memberikan sumbangsih terhadap penekanan angka mortalitas.
Terutama peristiwa gunung meletus yang telah terjadi di Indonesia seperi peristiwa gunung kelud, merapi, galunggung hingga Krakatau yang telah menyebabkan perubahan iklim global dan menyebabkan gelapnya dunia hingga kurun waktu 2 setengah hari akibat tertutupnya atmosfir oleh debu vulkanis.
Secara geografis Indonesia dikepung oleh tiga
lempeng dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng
Pasifik. Sewaktu – waktu lempeng ini akan bergeser patah dan menimbulkan gempa
bumi. Akibatnya, tumbukan antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami
seperti yang terjadi di Aceh. Selain dikepung oleh tiga lempeng dunia,
Indonesia juga merupakan jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik)
yang merupakan rangkaian jalur gunung api aktif.
Berbagai ancaman bencana alam yang datang tanpa
dapat direncanakan tersebut, masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan
bencana seharusnya mempersiapkan diri menghadapi musibah dan bencana alam
sebagai upaya meminimalisasi jumlah korban.Salah satu bentuk persiapan adalah
mitigasi. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
Salah satu bentuk penerapan mitigasi pada keadaan
bencana sebagai upaya meminimalisasi dampak musibah dapat dilihat dan
diperhatikan pada penanganan bencana Gunung Merapi pada tahun 2010.Upaya
mitigasi pemerintah adalah dengan membangun bungker – bungker di sekitar daerah
kaki gunung di wilayah Gunung Merapi, Yogyakarta.Selain itu, pemerintah juga
membangun instalasi sirine yang aktif pada saat darurat untuk peringatan status
awas atau siaga Gunung Merapi sebagai early warning system (EWS). Sirine ini
akan berdering sebagai tanda bahwa masyarakat di sekitar kaki Gunung Merapi
harus segera mengungsi di tempat yang lebih aman pada jarak radius yang
ditetapkan oleh lembaga pemerintah, dalam hal ini BMG (Badan Meteorologi dan
Geofisika), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi, dan Balai Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Di samping itu, penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi bencana Gunung Merapi juga perlu disiapkan
antara lain sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar rawan bencana
Gunung Merapi. Latihan evakuasi, persiapan dapur umum, manajemen tandu dan
tenda, manajemen pengungsi, dan koordinasi pemerintah desa adalah beberapa
contoh pelatihan bagi masyarakat sebagai upaya menghadapi bencana meletusnya
Gunung Merapi.
Makalah dan penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya mitigasi apa saja yang telah dipersiapkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang tinggal di sekitar kaki gunung untuk menghadapi ancaman bencana meletusnya Gunung Merapi. Penulisan ini juga diharapkan mampu melihat kekurangan apa saja yang terdapat di lapangan sebagai upaya mitigasi bencana Gunung Merapi di Yogyakarta. Selain itu, penulisan ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai upaya mitigasi yang baik, tepat, dan aman sehingga upaya yang terarah dan terencana dapat meminimalisasi kerugian akibat bencana meletusnya Gunung Merapi baik secara material maupun nonmaterial.
Makalah dan penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya mitigasi apa saja yang telah dipersiapkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang tinggal di sekitar kaki gunung untuk menghadapi ancaman bencana meletusnya Gunung Merapi. Penulisan ini juga diharapkan mampu melihat kekurangan apa saja yang terdapat di lapangan sebagai upaya mitigasi bencana Gunung Merapi di Yogyakarta. Selain itu, penulisan ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai upaya mitigasi yang baik, tepat, dan aman sehingga upaya yang terarah dan terencana dapat meminimalisasi kerugian akibat bencana meletusnya Gunung Merapi baik secara material maupun nonmaterial.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum
a. Meningkatkan pengetahuan
masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana,
sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).
b. Dapat mengetahui ciri-ciri gunung meletus sehingga dapat mengurangi kehilangan harta dan nyawa.
2.
Tujuan khusus
a.
Penulis dan pembaca dapat
mengetahui tentang manajemen penanggulangan bencana
alam gunung meletus
b. Melatih penulis dalam menggunakan ejaan dan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
c. Menambah kreatifitas penulis dalam menyusun makalah ini .
d. Menambah pengetahuan atau cakrawala bagi penulis dan pembaca
c. Menambah kreatifitas penulis dalam menyusun makalah ini .
d. Menambah pengetahuan atau cakrawala bagi penulis dan pembaca
BAB II
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1.
Definisi Bencana
Peristiwa yg terjadi secara mendadak/tidak
terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak
terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan
tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu
manusia dan lingkungannya (KEMENKES RI no : 145/MENKES/SK/I/2007)
2.
Definisi Gunung Meletus
Gunung merupakan bentuk muka bumi yang menonjol
dari rupa bumi di sekitar. Gunung biasanya lebih tinggi dan curam dibandingkan
bukit. Gunung dan pegunungan terbentuk karena pergerakan kerak bumi yang
menjulang naik. Jika kedua kerak bumi menjulang naik, pegunungan dihasilkan,
sebaliknya jika salah satu kerak bumi terlipat bawah kerak yang lain, gunung
berapi terbentuk.
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol
di atas wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari
sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat
lokal.
Gunung meletus adalah peristiwa alam dimana
endapan magma yang berada di dalam perut bumi didorong keluar oleh gas yang
mempunyai tekanan tinggi. Gunung meletus merupakan gejala alam vulkanik.
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi
akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang
bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan
bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.
Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu
dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan
lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi
sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan
materi-materi dari dalam bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil,
batu-batuan, lahar panas, lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung
meletus biasanya bisa diprediksi waktunya sehinggi korban jiwa dan harta benda
bisa diminimalisir.
B. Jenis-Jenis Gunung
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu
gunung berapi/aktif dan tidak aktif.
1. Gunung aktif,
yaitu gunung api yang masih bekerja yang kawahnya
selalu mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Misalnya Gunung Stromboli .Gunung
berapi terbentuk oleh lapisan material yang keluar dari perut bumi. Gunung
berapi yang masih hidup atau aktif gejala yang tampak adalah timbulnya ledakan
atau letusan. Kegiatan gunung berapi diawasi oleh Jawatan Geologi. Jawatan ini
memiliki alat pencatat gempa bumi yang disebut seismograf. Beberapa
bentuk gunung api, yaitu : gunung api kerucut (strato), gunung api Landai
(Maar) dan gunung api Perisai (tameng). Bentuk ini dipengaruhi oleh letak dapur
magma dan sifat magma yang keluar dari perut bumi.
2. Gunung tidak berapi
Gunung tidak berapi merupa-kan gunung yang sudah
tidak aktif lagi. Gunung tidak berapi sangat kecil kemungkinan untuk meletus.
Gunung tidak berapi sering juga disebut gunung mati. Contoh gunung tidak berapi
adalah Gunung Muria (Jawa Tengah), Gunung Tambora (NTB), dan Gunung Melawan
(Kalimantan Tengah).
3. Bagian bagian gunung:
Gunung terdiri dari tiga bagian.Yaitu puncak,
lereng dan kaki gunung.
a. Lereng yaitu suatu medan atau daerah yang permukaan tanahnya atau letaknya miring. Berdasarkan derajat kemiringannya lereng dibedakan menjadi empat macam yaitu, lereng landai,curam,terjal,tegak.
b. Puncak
a. Lereng yaitu suatu medan atau daerah yang permukaan tanahnya atau letaknya miring. Berdasarkan derajat kemiringannya lereng dibedakan menjadi empat macam yaitu, lereng landai,curam,terjal,tegak.
b. Puncak
c. Kaki gunung
Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
1) Gunung berapi perisai
(Gunung berapi lava) : seperti perisai, terjadi karena lelehan yang keluar dan
membentuk lereng yang sangat landai. Contoh: Gunung Mauna Loa (Hawaii).
2) Gunung berapi strato, Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan dan lelehan (etusi) secara bergantian. Jenis ini banyak terdapat di Indonesia. Contoh: Gunung Merapi di Indonesia.
3) Gunung berapi maar : Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti,yang tinggal hanya kawahnya saja. Bentuknya seperti danau kecil (danau kawah). Terjadi karena letusan (eksplosif). Contoh: Gunung Lamongan (Jawa Timur), Pegunungan Eifel (Perancis), dan dataran tinggi di Perancis Tengah.
• Menurut aktivitasnya, gunung api dibagi menjadi tiga kelompok:
a) Gunung aktif, gunung ini masih bekerja, kawahnya selalu mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Contoh: Gunung Stromboli
2) Gunung berapi strato, Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena letusan dan lelehan (etusi) secara bergantian. Jenis ini banyak terdapat di Indonesia. Contoh: Gunung Merapi di Indonesia.
3) Gunung berapi maar : Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti,yang tinggal hanya kawahnya saja. Bentuknya seperti danau kecil (danau kawah). Terjadi karena letusan (eksplosif). Contoh: Gunung Lamongan (Jawa Timur), Pegunungan Eifel (Perancis), dan dataran tinggi di Perancis Tengah.
• Menurut aktivitasnya, gunung api dibagi menjadi tiga kelompok:
a) Gunung aktif, gunung ini masih bekerja, kawahnya selalu mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Contoh: Gunung Stromboli
b) Gunung mati. Gunung yang sudah tidak
meletus lagi. Contoh: Gunung Patuha dan Gunung Sumbing
c) Gunung istirahat. Gunung api yang
sewaktu-waktu meletus kemudian istirahat kembali. Contoh: Gunung Ciremai dan
Gunung Kelud.
C. Karakteristik Gunung Di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung
apinya sangat banyak. Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari
jumlah seluruh gunung api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia.
Karena banyaknya gunung api, maka Indonesia rawan
dari bencana letusan gunung api. Sejak tahun 1.000 tahun tercatat lebih dari
1.000 letusan dan memakan korban manusia tidak kurang dari 175.000 jiwa.
Letusan gunung Tambora pada tahun 1815 dan gunung Krakatau pada tahun 1883
merupakan dua di antara letusan yang paling hebat yang telah memakan banyak
korban. Sekiranya kepadatan penduduk seperti sekarang, tentulah letusan itu
akan membawa bencana yang lebih besar.
Selain membawa bencana, gunung api merupakan
sumber pembawa kemakmuran. Tanah yang subur selalu menutupi tubuhnya .karena
itu , penduduk selalu tertarik untuk menetap dan mendekati
gunungapi, walaupun tempat tersebut diketahuinya berbahaya. Di sinilah terletak
permasalahan gunungapi di Indonesia, disatu pihak merupakan sumber bencana,
tapi di lain pihak merupakan sumber kesejahteraan.
Karena kondisi tersebut, maka penanggulangan
bencana gunung api tidak hanya terpusat pada gunung api, tetapi masyarakat
sekitar gunungapi yang kadang tidak mudah untuk dievakuasi. Alasannya selain
karena keterikatan dengan rumah dan lahan pertanian, juga karena adanya
kepercayaan tertentu terhadap gunungapi.Jadi penanngulangannya juga mencakup
aspek social budaya.
Setiap tipe gunung api memiliki karakteristik
letusannya masing-masing yang berbeda antara satu dengan lainnya. Gunung api
juga memiliki ciri atau perilaku yang berbeda antara satu jenis gunungapi
dengan gunung api lainnya. Karena itu, penanganannya juga bervariasi tergantung
pada karakteristik gunung api itu sendiri.
Penanggulangan bencana letusan gunung api dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi
letusan dan sesudah terjadi bencana.
D. Tanda Dan Gejala Gunung Meletus
a) Suhu di sekitar gunung naik.
Hal ini menunjukkan terjadu kenaikan aktifitas Merapi.
b) Mata air menjadi kering.
b) Mata air menjadi kering.
c) Sering mengeluarkan suara
gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
d) Tumbuhan di sekitar gunung
layu
E. Penyebab Terjadinya Gunung Meletus
Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari
letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa
abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang
lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer
jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan
gunung berapi (sumber:MPBI)
• gas vulkanik
• Lava dan aliran pasir serta
batu panas
• Lahar
• Tanah longsor
• Gempa bumi
• Abuletusan
• Awan panas (Piroklastik)
F. Manajemen Penanggulangan Pada Gunung Meletus
1.
Penanggulangan
Pra Bencana Gunung Meletus
Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam
menghadapi letusan gunung api antara lain :
a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman- ancamannya;
b. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman;
a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman- ancamannya;
b. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman;
c. Membuat sistem peringatan
dini;
d. Mengembangkan Radio
komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api;
e. Mencermati dan memahami Peta
Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang;
f. Membuat perencanaan
penanganan bencana;
g. Mempersiapkan jalur dan
tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban,
makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan;
h. Mempersiapkan kebutuhan
dasar dan dokumen penting;
i. Memantau informasi yang
diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya
mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.
2. Penanggulangan Saat Bencana Gunung Meletus
Penanganan yang harus di lakukan pada saat
terjadi gunung meletus atau becana.
Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus memperhatikan hal-hal berikut.
Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus memperhatikan hal-hal berikut.
a) Lengkapi semua informasi.
Dan klasifikasi kebenaran berita
b) Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
c) Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan tim)
d) Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas yang sudah ditetapkan saat preparednees)
b) Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
c) Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan tim)
d) Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas yang sudah ditetapkan saat preparednees)
e) Sistem Komunikasi memegang
peran penting
3. Tugas pengendalian fasilitas dan
logistic seperti :
a)
Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan
semua unit kerja ( fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan)
b) Menyiapkan dan berkoordinasi
dgn sektor lain dalam penyiapan kebutuhan korban (RS lapangan, shektering pengungsi,
jamban, air bersih, transportasi tim dan korban)
c) Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau bantuan
d) Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan
c) Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau bantuan
d) Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan
1) Lakukan seleksi korban
2) Untuk memberikan prioritas pelayanan
3) Gunakan Label / Tag
4) Penyelamatan dan
mengefaluasi korban maupun harta benda
5) Memenuhi kebutuhan dasar
6) Penyelamatan, serta
pemulihan sarana dan prasarana
7) Perlindungan
8) Pengurusan pengungsi
Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika
terjadi letusan gunung api antara lain :
1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar;
1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar;
2) Hindari tempat terbuka,
lindungi diri dari abu letusan;
3) Masuk ruang lindung darurat;
4) Siapkan diri untuk
kemungkinan bencana susulan;
5) Kenakan pakaian yang bisa
melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan
lainnya;
6) Melindungi mata dari debu,
bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau apapun yang bisa
mencegah masuknya debu ke dalam mata;
7) Jangan memakai lensa kontak;
8) Pakai masker atau kain untuk
menutupi mulut dan hidung;
9) Saat turunnya abu gunung api
usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
4. Penanggulangan Pasca Bencana Gunung
Meletus
Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada
tahap pasca bencana yaitu:
a) Rehabilitasi
a) Rehabilitasi
1.
Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2.
Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3.
Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4.
Pemulihan social psikologis.
5.
Pelayanan kesehatan
6.
Rekonsiliasi dan resolusi konflik
7.
Pemulihan social ekonomi budaya
8.
Pemulihan keamanan dan ketertiban
9.
Pemulihan fungsi pemerintahan, dan
10. Pemulihan fungsi pelayanan public.
b) Rekonstruksi
1.Pembangunan kembali prasarana dan sarana
2.Pembangunan kembali sarana social masyarakat
3.Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat
4.Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik
5.Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia usaha dan masyarakat.
6.Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya
7.Peningkatan fungsi pelayanan public, dan
8.Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.
G. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana
2.Pembangunan kembali sarana social masyarakat
3.Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat
4.Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik
5.Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia usaha dan masyarakat.
6.Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya
7.Peningkatan fungsi pelayanan public, dan
8.Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.
G. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana
Peran perawat pada pra-bencana:
a. Perawat mengikuti pendidikan
dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana untuk
setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam
berbagai dinas pemerintah, organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi
hal-hal berikut.
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
2) Pelatihan pertolongan
pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga yang lain.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4) Perawat juga dapat
memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran,
rumah sakit, dan ambulans.
5) Memberikan informasi
tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana.
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.
7) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim ambulans
8) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan yang sesuai.
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.
7) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim ambulans
8) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan yang sesuai.
Peran Perawat dalam intra bencana:
1)
Bertindak cepat
2)
Melakukan pertolongan pertama
3)
Menentukan status korban berdasarkan triase
4) Merujuk pasien segera yang
memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
5) Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
6) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
5) Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
6) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
7) Koordinasi dan menciptakan
kepemimpinan (coordination and create leadership).
8) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.
8) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.
H. Dampak Gunung Meletus
1.
Dampak
Negative Akibat Gunung Merapi
Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai
jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen
Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended
Particulate atau Particulate Matter).
a) Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
a) Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
b)
Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung
Merapi yang kehilanganpekerjaan rutin kesehariannya.
c)
Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA
d) 64 desa di Sleman dan
puluhan desa di Magelang serta Klaten porak poranda. Bahkan, desa tersebut
dinyatakan tertutup karena berada di zona yang tidak aman. Sebagian desa sudah
tertutup debu vulkanik dengan ketebalan hingga satu meter.
e) Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu. Bahkan, penerbangan dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu.
e) Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu. Bahkan, penerbangan dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu.
f) Dan terjadi pula kebakaran
hutan karena terkena laharnya.
g) Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
h) Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
i) Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70 persen turun menjadi 30 persen.
j) Sehingga dapat dikatakan Meletusnya Merapi ini mengakibatkan dampak yang sangat besar bagi Indonesia.
g) Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
h) Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
i) Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70 persen turun menjadi 30 persen.
j) Sehingga dapat dikatakan Meletusnya Merapi ini mengakibatkan dampak yang sangat besar bagi Indonesia.
2. Dampak Positive Akibat Gunung Merapi
Selain itu, gunung meletus juga menyebabkan
dampak positif. Meskipun untuk letusan Merapi ini dampak tersebut belum
terlihat secara signifikan tapi ada hal yang dapat dijadikan dampak positive
dalam bencana ini yaitu :
a) Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat pasir di pinggiran aliran lahar dingin.
a) Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat pasir di pinggiran aliran lahar dingin.
b) Hasil muntahan vulkanik bagi
lahan pertanian dapat menyuburkan tanah, namun dampak ini hanya dirasakan
oleh penduduk sekitar gunung.
c) Bahan material vulkanik
berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai bahan material yang
berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung
apinya sangat banyak. Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari
jumlah seluruh gunung api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan
Makhfudli (2009) adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik,
wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat
terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi
post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga
kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala
ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang
memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan
sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain
yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
menuju keadaan sehat dan aman.
B. Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif
ada pos pengawasan yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat.
Informasikan atau komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin
kepada masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda
bahaya untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah
gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul yang
kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.
DAFTAR PUSTAKA
Menjaga Kelestarian Fungsi Gunung Sebagai Menara Air (Water Tower) | Perum Jasa Tirta I
Bencana gunung meletus | Feri dan
Makhfudli, jateng : 2009
Caraka Tani – Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Vol.
XXIX No. 1 Maret 2014
Posted: Oktober 3, 2013 in Uncategorized Tags:
gunung api, pengertian gunung api
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda